KONFLIK KEHUTANAN - PERTANIAN
Sabtu, 11 Februari 2017
Kalo
bicara soal pertanian, gausah fafifu sih kita langsung bisa liat sendiri tanpa
menoleh sana sini, tanpa melirik ini itu. Ya liat saja apa yang sehari hari
kita makan, sebenernya secara tidak sadar kita bergantung pada nasi, lha gimana
wong tiap hari makannya nasi kan ? hehe. Bicara soal nasi sebenarnya tidak jauh dari
pertanian atau bisa disebut juga nasi merupakan produk pertanian sendiri. Akhir
– akhir ini kita bisa melihat sendiri kalo petani di Kulon Progo dan Lumajang
sedang bertarung dengan pemerintah dengan adanya pembangunan bandara. Bisa kita toleh juga ke Rembang dimana petani
– petani di Rembang sedang berjuang mempertahankan lahannya dari serangan pembangunan
pabrik semen. Sebenarnya ketika terjadi
masalah yang seperti ini akan muncul 2 makhluk hidup dengan pemikiran berbeda disini, makhluk yang satu akan berpikiran bahwa
infrastruktur di kotanya mulai terbangun dan akan merasa bangga, sedangkan
makhluk yang satunya yang sadar akan berpikiran “Sesok aku mangan opo, Ndes ?”,
mana mungkin makan semen kan ya hehe, atau sebenarnya bandara ini pengaruhnya
untuk siapa ? untuk masyarakat yang mana? kan gitu.
Seiring
dengan adanya perampasan lahan tersebut yang lagi – lagi petani yang menjadi
korban maka pada akhirnya lahan pertanian akan makin sedikit luasannya. Padahal
menurunnya luasan lahan pertanian tidak mampu diimbangi dengan ikut menurunnya
kebutuhan perut kan ya ? hehe. Maka sebenarnya tidak perlu macak cuek, tidak perlu
pura – pura tidak tahu bahwa sebenarnya kita sendiri dengan rekan agro kita
sendiri terkadang tidak akur. Banyak permasalahan antara kehutanan dengan
pertanian selain konflik agraria dengan tambang, perkebunan, atau pemerintah sekalipun yang
sedang gencar – gencarnya membangun infrastruktur. Terkadang kehutanan adalah "korban terakhir" setelah lahan ini dan yang itu diserobot sana sini. "Hutannya mending dijadiin ini atau itu, emm atau itu aja deh", "Hutannya kan luas, boleh lah ya dijadiin ini".
Permasalahan ini jangan membuat kita benci dan bermusuhan tetapi sudah sewajarnya kita saling bergandengan dan dapat membicarakan hal ini dan mencari jalan keluarnya. Mungkin masih sering kurang terekspose permasalahan antara kehutanan dengan pertanian. Menyoroti pertanian terkadang juga salah kaprah membuka lahan hutan dengan dibakar kemudian ditanami pertanian. Kehutanan lewat PERHUTANI terkadang juga masih kurang berkolaborasi dengan masyarakat sekitar sehingga terjadi konflik lahan. Mungkin dengan membicarakan hal ini kita bisa membuat win win solution dimana konflik agraria yang mulai ruwet ini dapat kita pecahkan secara bersama, ya minimal kita gandeng rekan agro kita. Masalah itu ada untuk diselesaikan secara bersama.
Permasalahan ini jangan membuat kita benci dan bermusuhan tetapi sudah sewajarnya kita saling bergandengan dan dapat membicarakan hal ini dan mencari jalan keluarnya. Mungkin masih sering kurang terekspose permasalahan antara kehutanan dengan pertanian. Menyoroti pertanian terkadang juga salah kaprah membuka lahan hutan dengan dibakar kemudian ditanami pertanian. Kehutanan lewat PERHUTANI terkadang juga masih kurang berkolaborasi dengan masyarakat sekitar sehingga terjadi konflik lahan. Mungkin dengan membicarakan hal ini kita bisa membuat win win solution dimana konflik agraria yang mulai ruwet ini dapat kita pecahkan secara bersama, ya minimal kita gandeng rekan agro kita. Masalah itu ada untuk diselesaikan secara bersama.
“Gimana – gimana ada masalah apa ?” tanya Jati.
“Ada masalah dengan pemerintah, lha tapi kita sendiri saja terkadang
masih berkonflik” jawab Padi.
“Yasudah mari berkolaborasi, rasah kakean fafifu cus aja selesaikan”
Jati menjawab dengan antusias wkwk
Kehutanan
dengan pertanian jika berkolaborasi dengan baik maka akan dapat menjawab masalah
ketahanan pangan karena pada dasarnya nih, kehutanan dengan pertanian itu
hampir pada lahan yang sama. Bagaimana jika saling berbagi, misalnya dengan
pola agroforestry dimana dalam satu lahan digunakan untuk tanaman pertanian
(tanaman semusim) dan tanaman kehutanan (tanaman tahunan). Maka masyarakat
sekitar hutan dapat menjaga hutan dengan
baik tetapu terbebas dari kemisikinan. Ya kali ayam mati di lumbung padi, maka
mari kita #BerkaryaMenembusBatas, batas apa ? Ya batas antara kamu dan aku,
heleh haha. Batas antara aku anak kehutanan dan kamu anak pertanian, mari kita
berkolaborasi. Mengelola hutan juga butuh makan, butuh nasi, yasudah mari
bersinergi dengan baik gausah banyak rewel ini lahanku itu lahanmu, ya ini
lahan kita bersama :)
Mungkin bisa dibaca
kesini contoh konflik antara kehutanan dengan pertanian dan kita bisa soroti
titik permasalahannya.
Di bawah ini merupakan bukti kalo kita saling
ketergantungan
http://kedaulatanpangan.net/2015/02/ancaman-krisis-pangan-indonesia-diminta-bersiap/
Lalu
mengapa kita perlu berkolaborasi ? sebenarnya kehutanan dengan pertanian dapat saling menguntungkan dikarenakan
tanaman kehutanan nantinya jika ditanam dengan tanaman pertanian akan menjadi
tutupan tajuk dimana air hujan akan mengenai tajuk terlebih dahulu dan tidak
langsung menghujam tanah. Hal ini menyebabkan humus yang ada tidak mudah
terbawa oleh air melalui run-off.
Sedangkan pengelolaannya petani dapat menggunakan hutan untuk bercocok tanam
tanpa merusak lahan dan akhirnya tanaman kehutanan akan ikut terawat dengan
baik melalui kolaborasi ini yang disebut “Agroforestri”
Nb : mohon link untuk
dibaca sebagai bekal FGD
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer